Tuesday, January 19, 2010

???

"Tolong ya, bikinnya kaya gini trus gini, bla bla bla.."

Emang enak ya tinggal perintah-perintah gitu. Tapi pernah terpikir gak kalau ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang kita mau atau harapkan? Kesal, marah, kecewa, campur aduk. Yang diberi harapan pun pasti ada tekanan tersendiri supaya harapan yang diberikan gak sia-sia.

Sekarang bicara tentang si pemberi harapan a.k.a yang minta tolong.

Terkadang jadi bingung. Mau minta tolong takut kecewa dengan hasil yang diterima. Gak minta tolong, iya kalau bisa dikerjain sendiri. Nah masalahnya ketika kudu minta tolong karena mikir itu adalah hal yang cukup remeh (dan sifatnya sekalian ), eh yang ada malah hasilnya bikin kesel. Yang diminta tolong ngerjainnya seadanya, tanpa mikir berbuat yang terbaik, udah gitu dengan tampang santai gak merasa berdosa bahwa dia melakukan sesuatu SEADANYA. Gregetan banget gak sihhhhhh... Mending juga dari awal bilang ga mau. Sakit hati? Bisa ya bisa gak. Tapi paling gak ya kitanya ga perlu nunggu dan bisa cari alternatif  lainnya.

Dari kejadian yang pernah dialami ada 4 situasi ni:
  • Yang diminta tolong, orangnya selenge'an alias asal-asalan dari sononya (dan emang maunya seperti itu ). Kalau minta tolong ma orang kayak gini ini, ya pasti sudah tau resikonya seperti apa. Terima hasil yang SEADANYA juga ya kudu terima dengan seikhlas-ikhlasnya
  • Yang diminta tolong, orangnya ya kaya gitu (bingung mo jelasinnya). Jadi hasilnya menurut kita seadanya, menurut dia sudah maksimal BUANGET. Jadi ya buang-buang waktu mo ngotot gimana hasil yang bagus ma yang gak. *Heyyyy, penilaian bagus gaknya relatif toh* Mau ga mau ya terima dengan senyum lebar ala Julia Robert dengan kondisi hati mangkel kalau emang ga sesuai dengan harapan kita. Kenapa? Karena penilaian dari pihak 'dia' dan 'aku' sudah berbeda, lagian bukannya dia udah berusaha maksimal.
  • Yang diminta tolong, orangnya okelah (belum extraordinary). Nah yang ini biasanya aman. Gak bagus banget tp sejelek-jeleknya pun masih masuk dalam logika . Jadi, lanjuuuutttttt....
  • Yang diminta tolong, perfeksionis (trus orangnya baek, cakep, sempurna dunia akhirat dah )  Huahahahahahaha, nah ini dia tipe idealnya. Soalnya jelas-jelas perfeksionis otomatis mereka akan berusaha sebaik-baiknya, dengan melakukan cek dan ricek terlebih dahulu. Tapi siap-siap jadi utang budi deh , soalnya kalau dia yang minta tolong pasti susah deh dapatin hasil yang sesuai dengan maunya dia.
Nah dari semua itu memang menyenangkan jika kita mendapat sesuatu yang kita harapkan dari orang lain. Tapi jika tidak? Mangkel, nangis, ngambek dijabani semua dah. Terus gimana dong? Hehehehe, sammmaaaa daku juga gak tau.

Dari hasil pemikiran si, sebetulnya expectation/harapan kita terhadap sesuatu itu yang menyebabkan kita senang atau justru kecewa. Jujur aja deh, sama Tuhan juga pernah protes kan karena merasa apa yang Dia berikan ke kita masih kurang. Apalagi sama sesama manusia. Se-sempurnanya manusia, dia juga punya kelemahan. Dia bukan dukun yang bisa tau persis apa yang kita mau, dia bukan pemahat handal yang bisa sewaktu-waktu kita suruh memahat awan menjadi model peri. Dia adalah dia, manusia! Manusia yang punya keterbatasan, bisa capek, bisa gak mood, bisa males, bisa salah, dsb.

Selama ini sih, seminimal mungkin minta tolong ma orang lain. Kalaupun iya minta tolong ma yang jelas" penilaiannnya mendekati. Bukan karena hebat atau sombong jd jarang minta tolong, tapi justru menghindari hal" yang gak enak nantinya. Karena biasanya jika sudah berani minta tolong berarti kita siap untuk kecewa. Dan daku bukan orang yang pintar mengelola perasaan.

Sekarang gimana? Karena kemaren" sering dapat kecewanya berarti sekarang harus meminimalisir meminta tolong ma orang lain, dan kalaupun harus minta tolong tingkat  expectation/harapan harus diturunkan sedikit, atau bahkan gak perlu harapan apa-apa. Dikerjain syukur, gak ya sudahlah. Yang jelas, berusaha menerima manusia apa adanya, mo jahat mo baik. Jahat dan baik, benar dan salah, cantik dan jelek, semuanya relatif juga kan.