Wednesday, February 23, 2011

Dear Heart,

Gambar dari sini.

Please fall in love when you're ready,
Not
When you're lonely




Pernah baca di mana gitu pas browsing. Jadi ini sekedar reminder.

Yang lagi suka pikun,

CaLiWa

Kayanya Dia Masih Cinta..

" ku menunggu, ku menunggu kau putus dengan kekasihmu
  tak akan ku ganggu kau dengan kekasihmu
  ku kan selalu di sini untuk menunggumu "

"Pak, pak dengerin deh." Kemudian diputarlah sebuah lagu di media player melalui speakerphone.
"Bagus ya Pak?"
Senyam-senyum. "Eh ntar, ntar dulu." Sergah si Bapak.
Terpaksa si lagu dihentikan sementara.

"Kamu masih cinta ga sih ma dia?"
"Er, gimana ya Pak, dibilang cinta gimana, ga juga ya gimana" Jawaban yang ngasal.
"Tau ga sih, kemaren. Iya kemarin kalau ga salah. Kamu ngapain sih ma dia?"
"Hah? Kapan? Ngapain? Ngapain apa ni?"
"Kemarin pas di BVS, kan kalian nungguin aku tuh. Kalian ngapain pas saya ga ada?"
"Oh, ga ada tu, cuma nungguin Bapak aja"
"Ga ada baik-baikin dia gitu?"
Mengingat-ingat ngapain sajakah kami kemarin. Tak ada. Hanya duduk diam-diaman dan sibuk mendengarkan lagu di hp melalui earphone.
"Maksud Bapak bagi-bagi permen gitu? Ya ada lah, toh Bapak juga saya kasih."
Ketawa terbahak-bahaklah si Bapak.
"Tau ga kemaren dia bilang apa ma saya pas nunggu kamu di BCA?"
"Ga, apaan emang Pak?"
"Dia cerita, "Pak dia masih baik ya ma saya, masih perhatian gitu. Saya ngapain dia masih perhatiin. Kayanya dia masih cinta ma saya." Aku langsung ngakak dengarnya."
"Heh???? Salah orang ga dia Pak? Jangan-jangan orang lain yang baik ma dia dipikir saya"
"Iya aku aja ketawa ngakak dengarnya"

Baiklah kita lanjutkan saja ke lagu berikutnya.

" saat itu aku siap memburu
  dan takkan ragu-ragu mengakhiri hidupmu
  ku pikir bijaksana, sangat luar biasa
  ternyata itu salah ku takut masuk penjara "

Monday, February 21, 2011

Hijau, Kopi, dan Teman Asing

Gambar dari sini.

Hari itu saya dikelilingi dengan nuansa berwarna hijau. Gaun sang mempelai wanita berwarna hijau. Bukan berupa kebaya namun bukan juga sebuah gaun spektakuler layaknya rancangan Vera Wang. Sederhana tapi manis. Dan saya menyukainya. Sang pria mengenakan baju layaknya pria-pria lainnya, setelan jas berwarna hitam dan berkemeja putih. Tak sengaja saya melihat tumpukan hantaran yang telah dikemas di kotak-kotak transparan. Biji-biji kopi disusun sedemikian rupa hingga menghasilkan corak-corak tertentu sebagai alas hadiah yang sebenarnya. Unik ya. Sekali lagi saya terkagum-kagum.

Saya keluar untuk menyambut rombongan pria. Ternyata di luar sudah banyak tamu. Tapi fokus saya hanya satu mencari sang krucil. Dua krucil tepatnya. Tapi entah mengapa saya cuma bisa bertemu dan bermain dengan sang krucil gede. Saya memang sangat rindu sama dia. Walaupun krucil gede, tetap saja wujudnya masih bayi. Di luar dugaan, karena seingat saya dia sudah besar sekarang, setidaknya sudah usia playgroup. Tapi tak mengapa, saya puas. Saya peluk dia, saya gendong dia, saya ajak dia bermain. Dan tawanya benar-benar nggemesin.

Hanya sebuah acara yang bisa dibilang cukup sederhana dan singkat. Sebuah acara menjelang pernikahan sampai dengan prosesinya. Dan saya tak terlalu perduli dengan acaranya, karena cukup melelahkan pada saat proses persiapan. Malam sebelumnya kami semua bertungkus lumus mengerjakan semua keperluan. Bahkan semua susunan acara diteliti lagi untuk mengurangi kejadian yang tidak diinginkan. Yah, memang ribet sepertinya. Acara adat masih menggantung. Apakah dilaksanakan setelah acara pernikahan alias sebelum resepsi atau sebelum acara pernikahan itu sendiri. Dan setelah pembicaraan diputuskan sebelum akad nikah. Jadilah malam itu tidak hanya mempersiapkan acara keesokan hari, tapi juga acara siraman.

Meskipun saya tidak tau atau tidak mengikuti (lebih tepatnya) acara utama, bukan berarti tidak berkesan yah. Pada saat menyambut pria dan rombongannya saya bertemu seorang teman lama, tidak akrab pula. Saya pun heran kenapa dia ada di situ dan mengobrol sebentar sama saya. Padahal biasanya dia acuh pada keberadaan saya. Kita panggil saja dia LyMan. Seorang lain yang ada disitu sepertinya adik salah satu teman saya.

"Mereka terlihat benar-benar bahagia ya." Celetuknya. Saya diam sejenak. "Hahaha, ya iyalah bahagia, kalau menikah ya pasti bahagia. Kalau ga bahagia ngapain nikah?*abstrak sekali jawaban saya*" Timpal saya kemudian. Yang diangguki seorang lain itu. "Maksud aku mereka benar-benar bahagia, ga cuma awalnya aja. Ga cuma sekarang senyumnya, hari-hari biasa juga bahagia." jawab LyMan. Sekali lagi saya bingung. "Emang ada orang ga seneng ya nikah? Emang kalo nikah tu belum tentu bahagia ya?" tanya saya. "Kamu itu naif. Belum tentu semua orang menikah itu bahagia. Banyak yang bahagia di awal tapi tidak selanjutnya. Bahkan ada yang dari awal pun sudah tidak bahagia!" sahut LyMan dengan tatapan sinis dan bingung ke saya. Saya dan seorang lain itu cuma saling menatap saja. Dan jawaban saya adalah "Kalau begitu saya juga mau seperti mereka. Bukan kehidupannya. Tapi saya juga mau bahagia dari awal sampai akhir seperti mereka". Ya, itulah percakapan singkat antara kami, yang masih saya ingat dengan baik sampai sekarang.

Kalau dirunut-runut koq ceritanya aneh ya? Banyak hal yang membuat saya bingung. Sungguh aneh. Banyak hal yang campur aduk. Dari acara yang sebetulnya adalah acara keluarga di suatu kota nan jauh di sana mendadak seperti di dekat rumah saya sekarang, dan ntah mengapa teman tak terduga itu hadir. Belum lagi keberadaan si krucil.

Sampai di sini bingung? Saya juga!!
Oleh karena itu saya memutuskan untuk bangun.


Itulah sekelumit cerita tentang mimpi saya semalam. Ternyata tak cuma hidup yang absurd mimpi pun tak kalah kacaunya. Sepertinya alam bawah sadar saya sedang mengalami disorientasi tempat dan waktu.
Dan lagi-lagi kenapa saya harus mengurusi pernikahan lagi ya?

Yang lagi dikelilingi hal berbau pernikahan,

CaLiWa







Sunday, February 6, 2011

Hosh..Hosh..


Tik Tok Tik Tok...

Detik jam bahkan tak mampu kuhentikan. Memintanya untuk memperlambat geraknya pun tak dihiraukannya.

Semakin tinggi tumpukan kertas di meja. Semakin banyak hal yang harus kukejar atau setidaknya memintaku untuk segera mengejarnya. Bahkan aku tak tau yang mana harus diprioritaskan. Hanya satu tujuan, mengerjakannya secepat mungkin agar memperluas ruang di meja, dan tentu saja menyisakan sedikit ruang di pikiran dan hati.

Maaf untuk diriku.
Maaf untuk tak menghiraukan sejenak kelelahan fisik.
Maaf untuk tak menghiraukan hati yang ingin diajak kompromi sesaat.
Maaf untuk rasa yang kusingkirkan sesaat.
Maaf untuk keadaan yang menuntut pengertian dan penjelasan.
Sungguh aku sedang tak ingin memberi penjelasan tentang apapun, kapanpun, dan kepada siapapun. Cukup diri ini yang mengingat dan menjalani.
Sungguh, aku lelah!!!

Tapi kupastikan, pada saatnya, segala sesuatunya akan terbayar dengan pantas.


"Can't wait for that moment"

CaLiWa

Gambar dari sini.